Bakpia Pathok bukan sekadar kue; ia adalah sebuah ikon yang telah mengiringi perjalanan budaya Yogyakarta selama puluhan tahun. Kisahnya bermula pada tahun 1948 dari ketekunan tangan seorang warga Tionghoa, Kwee Lioe Ik, yang tinggal di kawasan Pathok. Terinspirasi dari kue Pia tradisional Tiongkok, beliau berinovasi menciptakan sebuah hidangan yang lebih sesuai dengan selera dan bahan lokal. Bakpia lahir sebagai simbol akulturasi yang harmonis, menyatukan teknik dari negeri leluhur dengan rasa yang membaur dalam khasanah Nusantara.
Keistimewaan Bakpia Pathok terletak pada kesederhanaan dan konsistensinya. Kulitnya yang dibuat berlapis-lapis tipis dibalut dengan sempurna di sekitar pusat kelezatan: isian kacang hijau yang dihaluskan dan dimasak dengan gula, menciptakan tekstur yang lembut, lumer di mulut, dan rasa manis yang tidak berlebihan. Proses pemanggangannya yang tradisional memberikan aroma sedap yang khas dan kulit yang sedikit renyah.
Dari sebuah produksi rumahan di Gang Pathok, bakpia merangkak naik statusnya. Kini, nama "Bakpia Pathok" telah menjadi generik bagi salah satu oleh-oleh paling dicari dan paling legendaris dari Yogyakarta. Setiap kotak bakpia tidak hanya membawa pulang rasa manis yang nostalgik, tetapi juga mengemas secuil sejarah dan cerita tentang sebuah kota yang hangat, siap untuk dibagikan kepada sanak saudara sebagai buah tangan yang penuh makna. Setiap gigitan adalah penghormatan pada warisan dan cita rasa yang tak lekang oleh waktu.
Berikut adalah resepnya :
(Sumber Wikipedia.org)
🍞Bahan-Bahan
- 250 g tepung terigu
- 100 g margarin
- 50 ml air hangat
- 100 g kacang hijau kupas
- 75 g gula pasir
👨🍳Cara Membuat
- Campur tepung + margarin + air hingga kalis.
- Masak kacang hijau + gula hingga kental.
- Bentuk kulit, isi kacang, panggang 170°C selama 20 menit.
💡Tips
- Gunakan oven batu untuk rasa "otentik jalan-jalan".
- Biarkan isian hangat saat membentuk agar tekstur lembut.
0 Komentar